Pertengahan tahun 2011, aku terima pesanan cake ulang tahun dari sepupuku untuk ulang tahun anaknya yang kedua. Temanya: Peppa Pig, karakter kesukaan anaknya. Katanya bentuk dan dekorasi terserah, yang penting cukup untuk 50-70 orang. Aku akhirnya memutuskan untuk membuat kue bentuk 2D dari Peppa Pig, jadi kuenya dipotong sedemkian rupa sehingga membentuk Peppa Pig, bukan posisi duduk tapi tiduran.
Kue aku bikin H-1, baking dari pagi. Untuk pembentukan 2Dnya, aku rencananya bikin dari beberapa kue kecil lalu disatukan dan bukan satu cake besar lalu dipotong. Cara yang aku pakai ini setelah dihitung-hitung jauh lebih hemat dan sisa kue enggak akan banyak yang terbuang. Aku bikin 1 cake kotak ukuran 20x20cm untuk kepala dan cake kotak ukuran 24x24cm untuk badan. Semuanya rasa coklat, sesuai permintaan.
Baking kedua cake alhamdulillah lancar. Aku pun mulai carving cakenya sesuai kertas print bentuk kepala dan badan Peppa Pig yang sudah aku cetak sebelumnya. Ternyata setelah aku lihat lagi, kuenya lebih kecil dari perkiraanku. Takut kurang, jadi aku memutuskan untuk baking lagi satu kue untuk bagian sayap. Hari sudah mulai siang, jadinya aku bikin cake ketiga ini dengan agak buru-buru. Aku buru-buru nyalain ovennya lagi, buat adonannya, langsung masuk oven.
Oven yang aku pakai adalah oven yang digabung dengan kompor. Merupakan pemberian dari mertua karena dia tidak pakai. Oven ini cukup berjasa karena oven ini yang pertama kali mendorong aku untuk coba baking. Meski sudah cukup tua, tapi kata mertuaku, oven dan kompornya jarang dipakai jadi seharusnya memang masih sangat bagus. Setelah dicheck ternyata memang masih bagus. Hanya saja tombol pemantiknya sudah tidak berfungsi jadi apinya harus dinyalakan dengan korek atau alat pemantik api. Ketika itu sudah tahun ketiga aku memakainya dan selama itu belum pernah ada masalah.
Sambil nunggu cake terakhir ini baking, aku mulai ganache kedua cake yang telah di carving. Tidak lama aku sadar kok tidak ada bau coklat atau cake dari oven. Biasanya 15-20 menit adonan dalam oven sudah mulai tercium karena tandanya sudah mau matang. Aku pun check ovennya, takut gasnya habis. Pas aku intip, ternyata apinya memang mati. Waduh! Bisa-bisa adonan kue tidak ngembang nih. Panik serta kesal aku buru-buru buka pintu oven lalu langsung mencoba menyalakan kembali oven dengan alat pemantik apinya.
Tiba-tiba ada bunyi DUAR!! dan badanku terhampas kebelakang. Aku tidak terlalu ingat persis kejadiannya, tapi seingatku, aku hanya menutup mata, mendengar bunyi besar banget dan badanku seperti terdorong ke belakang. Aku terdiam sebentar. Samar-samar aku mendengar suamiku teriak nama aku. Tidak lama aku buka mata. Aku sedang berdiri di depan oven dan oven didepanku mengalami sedikit kerusakan di bagian pintu oven dan beberapa bagian terlihat akan terlepas. Tapi secara keseluruhan masih utuh dan tidak tampak adanya api atau bekas api. Aku pun lega, berarti tidak ada kebakaran.
Tidak lama kemudian aku mulai merasakan panas di kulit mukaku dan lengan kananku yang masih memegang pemantik. Kulitku terus semakin panas, hingga perih banget. Aku pun lari ke wastafel dan basuh muka serta lenganku dengan air dingin. Aku juga mulai mencium bau hangus, yang ternyata adalah bau rambut bagian depanku yang terbakar.
Suamiku suruh aku ke kamar mandi dan basuh seluruh badan, tapi seingatku yang terasa panas dan perih hanya muka dan lengan kananku. Jadi akupun berdiri di depan shower kamar mandi, menyirami mukaku dan lenganku dengan air dingin. Aku ingat panas dan perihnya tidak kunjung hilang. Aku pun mulai nangis dan panik. Sampai saat itu aku belum tahu tampak mukaku. Aku takut aku ada luka bakar. Setelah beberapa menit, aku pun mulai tenang meski perihnya tak kunjung hilang.
Aku kemudian lihat mukaku di cermin dan alhamdulillah tidak ada luka bakar sedikitpun. Demikian juga dengan lenganku. Ini membuatku sedikit lega. Tapi aku perhatikan, rambutku yang di bagian depan seperti hangus terbakar, warnanya merah kecoklatan, posisi bediri kaku dan kalau dipegang kasar seperti sapu. Aku juga perhatikan bahwa alis mataku tipiiis banget, bahkan bisa dibilang hampir tidak ada. Bulu mataku hilang sama sekali dan bulu halus di lengan kananku juga hilang total. Sepertinya semua terbakar.
Karena panas di kulitku tidak kunjung hilang aku akhirnya memutuskan untuk ke UGD, hanya untuk memastikan aku tidak kenapa-kenapa. Begitu keluar rumah, ternyata ramai tetangga. Ternyata bunyi ledakannya sangat keras dan mengingat mereka tahu aku sering berkutat dengan oven, mereka berpikir oven aku meledak. Bahkan ada yang sampai membawa selang segala. Alhamdulillah tetanggaku baik-baik semua hehe..Aku akhirnya menjelaskan bahwa kami semua baik-baik saja dan tidak ada yang terbakar.
Sampai di UGD, aku langsung diperiksa oleh dokter. Tidak lama badanku gemetaran semua dan aku merasa dingin. Kata dokternya badanku baru mulai mengalami shock. Aku pun diberi obat penenang dan diberi kompresan dingin untuk bagian yang terasa perih. Dua setengah jam kemudian, aku sudah merasa lebih baik. Perihnya sudah hilang dan aku sudah diperbolehkan pulang jika mau. Aku buru-buru mau pulang karena di kepalaku masih ada kue yang aku harus selesaikan.
Sampai rumah setelah isitrahat lagi selama satu jam, aku mulai menghias kue yang ada. Berhubung ovennya tampak rusak aku tidak jadi membuat cake satu lagi. Lagian aku juga trauma dengan oven itu hehehe... Aku menghiasnya pelan-pelan karena badanku terasa capeeek sekali. Alhamdulillah lancar dan kuenya pun jadi. Besoknya aku antar cakenya dan ceritakan ke sepupuku tentang kejadian oven meledak dan minta maaf kalau-kalau kuenya kurang. Alhamdulillah kuenya passsss banget. Yang ultah pun suka banget sama cakenya.
Kata mbakku yang kebetulan lihat kejadiannya, memang tidak ada api sama sekali yang keluar dari ovennya ketika ledakkan terjadi. Jadi sepertinya hanya ledakkan hawa panas yang muncul dari ngumpulnya gas di dalam sewaktu aku pikir adonan kue sedang dioven. Jadi letak kesalahanku adalah tidak mematikan oven dan membiarkan gasnya keluar dulu waktu aku lihat api oven mati. Aku langsung buka pintunya dan menyalakan pemantik, yang mungkin memicu ledakan itu terjadi. Tapi semua ini hanya spekulasiku saja. Fakta penyebabnya aku tidak tahu sama sekali.
Dari kejadian ini aku pelajari bahwa meski kita panik dan buru-buru harus selalu ingat keamanan dalam menggunakan oven. Kita sering merasa telah mengenal baik oven kita dan terkadang kita pun lupa untuk melakukan tindakan pengamanan dalam menggunakannya. Semoga dari cerita ini teman-teman juga belajar dan mengingat untuk tetap berhati-hati dalam menggunakan oven.
Pengirim : Andita Saviera
Domisili : Depok
Website : http://mamamadecakes.blogspot.com/
Kue aku bikin H-1, baking dari pagi. Untuk pembentukan 2Dnya, aku rencananya bikin dari beberapa kue kecil lalu disatukan dan bukan satu cake besar lalu dipotong. Cara yang aku pakai ini setelah dihitung-hitung jauh lebih hemat dan sisa kue enggak akan banyak yang terbuang. Aku bikin 1 cake kotak ukuran 20x20cm untuk kepala dan cake kotak ukuran 24x24cm untuk badan. Semuanya rasa coklat, sesuai permintaan.
Baking kedua cake alhamdulillah lancar. Aku pun mulai carving cakenya sesuai kertas print bentuk kepala dan badan Peppa Pig yang sudah aku cetak sebelumnya. Ternyata setelah aku lihat lagi, kuenya lebih kecil dari perkiraanku. Takut kurang, jadi aku memutuskan untuk baking lagi satu kue untuk bagian sayap. Hari sudah mulai siang, jadinya aku bikin cake ketiga ini dengan agak buru-buru. Aku buru-buru nyalain ovennya lagi, buat adonannya, langsung masuk oven.
Oven yang aku pakai adalah oven yang digabung dengan kompor. Merupakan pemberian dari mertua karena dia tidak pakai. Oven ini cukup berjasa karena oven ini yang pertama kali mendorong aku untuk coba baking. Meski sudah cukup tua, tapi kata mertuaku, oven dan kompornya jarang dipakai jadi seharusnya memang masih sangat bagus. Setelah dicheck ternyata memang masih bagus. Hanya saja tombol pemantiknya sudah tidak berfungsi jadi apinya harus dinyalakan dengan korek atau alat pemantik api. Ketika itu sudah tahun ketiga aku memakainya dan selama itu belum pernah ada masalah.
Sambil nunggu cake terakhir ini baking, aku mulai ganache kedua cake yang telah di carving. Tidak lama aku sadar kok tidak ada bau coklat atau cake dari oven. Biasanya 15-20 menit adonan dalam oven sudah mulai tercium karena tandanya sudah mau matang. Aku pun check ovennya, takut gasnya habis. Pas aku intip, ternyata apinya memang mati. Waduh! Bisa-bisa adonan kue tidak ngembang nih. Panik serta kesal aku buru-buru buka pintu oven lalu langsung mencoba menyalakan kembali oven dengan alat pemantik apinya.
Tiba-tiba ada bunyi DUAR!! dan badanku terhampas kebelakang. Aku tidak terlalu ingat persis kejadiannya, tapi seingatku, aku hanya menutup mata, mendengar bunyi besar banget dan badanku seperti terdorong ke belakang. Aku terdiam sebentar. Samar-samar aku mendengar suamiku teriak nama aku. Tidak lama aku buka mata. Aku sedang berdiri di depan oven dan oven didepanku mengalami sedikit kerusakan di bagian pintu oven dan beberapa bagian terlihat akan terlepas. Tapi secara keseluruhan masih utuh dan tidak tampak adanya api atau bekas api. Aku pun lega, berarti tidak ada kebakaran.
Tidak lama kemudian aku mulai merasakan panas di kulit mukaku dan lengan kananku yang masih memegang pemantik. Kulitku terus semakin panas, hingga perih banget. Aku pun lari ke wastafel dan basuh muka serta lenganku dengan air dingin. Aku juga mulai mencium bau hangus, yang ternyata adalah bau rambut bagian depanku yang terbakar.
Suamiku suruh aku ke kamar mandi dan basuh seluruh badan, tapi seingatku yang terasa panas dan perih hanya muka dan lengan kananku. Jadi akupun berdiri di depan shower kamar mandi, menyirami mukaku dan lenganku dengan air dingin. Aku ingat panas dan perihnya tidak kunjung hilang. Aku pun mulai nangis dan panik. Sampai saat itu aku belum tahu tampak mukaku. Aku takut aku ada luka bakar. Setelah beberapa menit, aku pun mulai tenang meski perihnya tak kunjung hilang.
Aku kemudian lihat mukaku di cermin dan alhamdulillah tidak ada luka bakar sedikitpun. Demikian juga dengan lenganku. Ini membuatku sedikit lega. Tapi aku perhatikan, rambutku yang di bagian depan seperti hangus terbakar, warnanya merah kecoklatan, posisi bediri kaku dan kalau dipegang kasar seperti sapu. Aku juga perhatikan bahwa alis mataku tipiiis banget, bahkan bisa dibilang hampir tidak ada. Bulu mataku hilang sama sekali dan bulu halus di lengan kananku juga hilang total. Sepertinya semua terbakar.
Karena panas di kulitku tidak kunjung hilang aku akhirnya memutuskan untuk ke UGD, hanya untuk memastikan aku tidak kenapa-kenapa. Begitu keluar rumah, ternyata ramai tetangga. Ternyata bunyi ledakannya sangat keras dan mengingat mereka tahu aku sering berkutat dengan oven, mereka berpikir oven aku meledak. Bahkan ada yang sampai membawa selang segala. Alhamdulillah tetanggaku baik-baik semua hehe..Aku akhirnya menjelaskan bahwa kami semua baik-baik saja dan tidak ada yang terbakar.
Sampai di UGD, aku langsung diperiksa oleh dokter. Tidak lama badanku gemetaran semua dan aku merasa dingin. Kata dokternya badanku baru mulai mengalami shock. Aku pun diberi obat penenang dan diberi kompresan dingin untuk bagian yang terasa perih. Dua setengah jam kemudian, aku sudah merasa lebih baik. Perihnya sudah hilang dan aku sudah diperbolehkan pulang jika mau. Aku buru-buru mau pulang karena di kepalaku masih ada kue yang aku harus selesaikan.
Sampai rumah setelah isitrahat lagi selama satu jam, aku mulai menghias kue yang ada. Berhubung ovennya tampak rusak aku tidak jadi membuat cake satu lagi. Lagian aku juga trauma dengan oven itu hehehe... Aku menghiasnya pelan-pelan karena badanku terasa capeeek sekali. Alhamdulillah lancar dan kuenya pun jadi. Besoknya aku antar cakenya dan ceritakan ke sepupuku tentang kejadian oven meledak dan minta maaf kalau-kalau kuenya kurang. Alhamdulillah kuenya passsss banget. Yang ultah pun suka banget sama cakenya.
Kata mbakku yang kebetulan lihat kejadiannya, memang tidak ada api sama sekali yang keluar dari ovennya ketika ledakkan terjadi. Jadi sepertinya hanya ledakkan hawa panas yang muncul dari ngumpulnya gas di dalam sewaktu aku pikir adonan kue sedang dioven. Jadi letak kesalahanku adalah tidak mematikan oven dan membiarkan gasnya keluar dulu waktu aku lihat api oven mati. Aku langsung buka pintunya dan menyalakan pemantik, yang mungkin memicu ledakan itu terjadi. Tapi semua ini hanya spekulasiku saja. Fakta penyebabnya aku tidak tahu sama sekali.
Dari kejadian ini aku pelajari bahwa meski kita panik dan buru-buru harus selalu ingat keamanan dalam menggunakan oven. Kita sering merasa telah mengenal baik oven kita dan terkadang kita pun lupa untuk melakukan tindakan pengamanan dalam menggunakannya. Semoga dari cerita ini teman-teman juga belajar dan mengingat untuk tetap berhati-hati dalam menggunakan oven.
Pengirim : Andita Saviera
Domisili : Depok
Website : http://mamamadecakes.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment