Friday 6 April 2012

Bakul Dadakan di Tanah Rantau

Ini cerita pengalamanku masak-masak besar untuk kegiatan fundraising menjual makanan Indonesia. 
Tujuan fundraiser-nya sendiri adalah untuk membantu dana retret Komunitas Katolik Indonesia di Colorado, US (KKI). 
Tahun ini adalah fundraising tahun kelima, yang tiap tahunnya (untungnya) omzet selalu meningkat karena belajar dari tahun ke tahun mengenai selera market, kurir, dll.


Sistimnya adalah:
- Pre-Order: mulai 6 minggu sampai 1 minggu sebelum hari H
- Cooking day: hari H or H – beberapa hari
- Makanan diantar ke rumah pemesan hari H.
Target marketnya adalah orang-orang Indonesia yang tinggal di Denver & sekitarnya, dan orang-orang Amerika yang suka/penasaran dengan makanan Indonesia. 
Jadi diusahakan supaya jenis makanan yang dijual adalah makanan khas Indonesia. Ada sih beberapa yang jenisnya Chinese-Indonesian, tapi pada umumnya, jenis makanan yang sudah dikenal baik oleh orang-orang Indonesia. In short, ini menu lengkapnya tahun ini:
Otak-Otak, Martabak Manis, Mie Ayam, Sate Ayam, Sate Babi, Nasi Gudek, Lemper, Kue Panada, Kue Lupis, Kue Pandan Keju, Risoles, Kentang Teri Kacang, Empek-Empek Kapal Selam, Lumpia, Bubur Sumsum, Wingko Babat, Ikan Woku.
Tahun ini aku dapat tugas memasak kue panada 150 biji, kue pandan keju 130 potong, dan risoles 230 biji.

OK, ini cerita dapurku .....

Hari H-4:
Udara cerah banget... jadi sesuai rencana, aku mulai dengan bikin isinya panada (ikan tuna pedas) di kebun belakang, supaya rumahku nggak bau ikan pedas... karena kalau numis 3 cups bawang merah dan cabe di dalam rumah lumayan juga baunya. 
Pagi-pagi jam 09.00 semua sudah siap, kebetulan anakku yang usia 2 tahun masih lelap, sip dehhh... aku bisa mulai masak. Kompor, gas, wajan, minyak sudah siap di luar, bawang merah & cabe udah diblender,... Tomat sudah dipotong-potong, masukkin blender, tinggal pencet tombol “ON”... tiba-tiba.. jebrettt!!!
Listrik mati… Ya ampun… WHY NOW??? Sebel banget rasanya… tapi rasa sebel ini ngalahin rasa takut freezer-ku nggak berfungsi, karena freezer ini lagi dipakai juga buat nyimpan ratusan pempek untuk Fundraising. Untuk pertama kalinya aku berharap udara cerah berubah jadi salju, supaya kalau listriknya mati lama, at least aku bisa keluarin pempek-pempek dan simpan di antara salju (ide gilaku - untung nggak terlaksana). 
Usaha untuk nelponin tukang listrik juga gagal karena rupaya orang satu kota juga sedang komplain ke mereka. Mau internet juga gak bisa karena batere laptop-ku ternyata soak & dengan matinya listrik, batereku juga ingin ikut istirahat. Ya sudah… akhirnya, terjadilah bonding time ibu dan anak dengan membaca buku bersama… (blessing in disguise).
Untungnya listrik cuma mati 1 jam (gila ya… cuma 1 jam tanpa listrik aja kayak kebakaran jenggot, bayangin kalau kena listrik mati bergilir kayak di Indonesia... – ini pelajaran juga buatku untuk selalu bersyukur no matter what). Jadi aku bisa meneruskan rencanaku bikin isi panada. Buatnya cepat, 30 menit udah kelar.
Sorenya, aku nyicil bikin risoles (isi ragout-nya temanku yang buat)... jadi tugasku adalah bikin kulit risoles, ngisiin dengan ragout, ngasi telur & tepung roti, dan freeze risoles-nya sampai hari H. 

Sore ini aku berhasil bikin 60 risoles. Cukup cepat, hanya dibuat dalam waktu 2 jam (dari bikin & istirahatin adonan, tepung roti sampai masuk freezer). Rahasianya? Aku memakai 2 loyang (satu pinjam dari teman).
Tapi malam ini aku nggak bisa tidur karena otot triceps lengan kiriku sakit... ternyata oh ternyata... ini karena aku pakai loyang dari temanku yang beratnya minta ampun untuk membuat kulit risoles. Tangan kiriku dipakai untuk angkat-taruh + membalikkan loyang untuk memindahkan kulit risoles dari loyang ke piring puluhan kali. Awalnya nggak terasa, tapi malam ini baru keluar sakitnya. Ampunnn.... Belakangan baru aku tau dari temanku bahwa loyang ini sebetulnya sudah tua (pantes berat, jeunggg)... haiyaaa....

Dinner hari ini di rumahku: nggak masak, sama seperti dapur-dapur temanku yang lain, karena aku yakin dapur mereka juga sudah ”berbau” fundraising. Jadi kami makan kwetiaw goreng, sisa dinner sehari sebelumnya.

Hari H-3:
Anakku tersayang ternyata benar-benar patut disayang... hehehe...karena hari ini dia tidak mengganggu sama sekali. Habis minum susu, baca buku & main piano sebentar, aku mulai perang lagi bikin risoles. Belajar dari pengalaman kemarin, akhirnya aku pakai 1 loyang saja (yang biasa kupakai), apalagi dengan tangan yang hanya 2 + disambi ngurusin anakku dan gak ada yang bantuin. Sebetulnya sih aku dipinjami 2 loyang lagi dari teman yang lain tapi ukurannya ternyata nggak sama... waa... mosok jualan risoles ukurannya beda-beda? Hehehe... jadinya loyang pinjaman teman nggak ada yang terpakai...
Sampai jam 5 sore, total aku bikin 160 risoles... not bad-lah karena semua dikerjakan sendiri. Terus break sebentar & main sama anakku, setelah itu lanjut lagi mainan risoles sampai jam 07.30 malam, sekarang udah berhasil bikin total 200 biji, tapi risoles-nya belum dikasi tepung roti. 
Suamiku pulang jam 07.00 malam, membawa anak-anaknya temanku yang akan menginap di rumahku (untung sedang spring break, jadi mereka bisa menginap untuk bantu-bantu masak). 
3 girls ini umurnya sekitar 14 tahun, orang tuanya semua dari Indonesia seperti aku, dan masih suka masak makanan Indonesia tiap hari, jadi mereka familiar dengan enaknya makanan Indonesia. Jadi nggak susah ngasi mereka instruksi untuk finishing risoles membalur risoles dengan telur & tepung roti.
Dinner break dulu 30 menit, terus dapat telpon dari ketua fundraising kalau dapat tambahan order risoles lagi 15 biji dan untuk bikin beberapa extra just in case ada yang pecah waktu digoreng… BWAAAA… ya udah ke dapur lagi bikin extra 30 risoles. Sebelum tidur, masukkan semua risoles ini ke freezer. Hari ini semua selesai jam 11.00 malam.

Dinner hari ini di rumahku 2 loyang besar pizza.

Hari H-2:
Aku bangun jam 07.00 pagi, mulai bikin kue pandan. 3 remaja putri masih tidur di kamarnya, jadi aku mikir start early supaya cepat selesai. Nggak lama mereka bangun… terus mulai bikin pandan chiffon cake yang aku bake di square pans, instead of chiffon pan. Mereka ternyata sudah lihai misahin kuning telur & putih telur… jadi sangat membantu deh. 
Sekitar jam 12.00 siang, sudah jadi 4 loyang, mulai capek & break makan pizza sisa dinner kemaren. 
Karena ada sisa ragout dari risoles, kami mutusin untuk bikin kue sus yang diisi ragout, sekalian ngajarin anak-anak ini bikin kue sus. 
Setelah adonan sus dingin... masukkin telor, dan.... this is the fun part: mencetak kue sus! Ketiga remaja ini nggak sabar dan ngantri untuk nyetak kue sus dengan piping bag. Jadi total 2 loyang kue sus: Loyang pertama masuk ke oven… 15 menit kemudian mateng & mereka terkagum-kagum dengan hasilnya yang mekar bangettt… wah senangnyaaa. 
Terus masuk loyang kedua dan mereka nggak mau kehilangan moment melihat proses mekarnya kue sus. Jadilah lampu ovenku dinyalain dan mereka bertiga nongkrong di depan oven mandangin kue sus. Inginnya ngeliat kue sus sedang mekar… tapi mereka sibuk berargumen siapa yang bikin bentuk kue sus paling bagus dalam oven tsb…. dan tiba-tiba mereka melihat kue susnya udah mekar… Yaaaa… hilang deh momentnya gara-gara sibuk bertengkar… hihihi…
Oke, setelah itu mulai lagi bikin 2 loyang kue pandan, terus istirahat mandi. Sekitar jam 05.00 sore mulai lagi bikin 2 loyang lagi. Jadi totalnya bikin 8 loyang kue pandan nih... untuk loyang terakhir, kami mutusin untuk bikin yang paling bagus & dihias... jadilah ada motif garis-garisnya. Plus loyang terakhir pakai loyang bergerigi yang baru aku bawa dari Indonesia bulan lalu. Waaaa, loyangnya ciamikkk tenannn, di sini nggak ada tuh loyang yang seperti ini... Hasilnya? Indah donggg...
Jam 09.00 malam terus berangkat nganterin ketiga remaja ini pulang, dan lanjut ke dapur bakmi ayam, yang juga sekaligus berfungsi sebagai dapur otak-otak, untuk nganterin cooler buat tempat penyimpanan ayam. Ohhh... ternyata temanku ini harus bikin 500 otak-otak... kasian mukanya udah capek bin pasrah waktu ditemui hari itu, karena katanya baru kelar 10% dari total order otak-otaknya...  dinner keluarganya? Not suprisingly, dinner out.

Dinner hari ini di rumahku: ayam goreng-nya engkong Sanders.

Hari H-1:
Waktunya bikin kue panada. Jam 09.00 pagi mulai nge-proof rotinya panada, terus jam 09.30 dua orang temanku datang untuk bantuin. Karena butuh waktu 1 jam untuk proof roti panada, jam 10.00 baru mulai bentuk-bentukin roti panada. Terus jam 11.30 ada bala bantuan datang lagi. Asik... makin cepet deh kerjanya...By jam 05.00 sore total ada 9 orang yang kerjain panada, asikkk rame deh... 
Akhirnya kami makanin kue panada yang “gagal”: rada gosong, bentuknya kekecilan, dll. Karena kali ini proses pembuatan panada-nya jauh lebih baik daripada fundraising tahun lalu, yang “gagal” cuma sedikit... sehingga yang bisa masuk mulut tidak banyakkk... 
Kali ini karena banyak yang bantuin, panada-nya nggak menunggu terlalu lama sebelum digoreng (jadi gak sempat over-fermented).
Suamiku pulang jam 06.00 sore & tugasnya menggoreng panada... semua kelar sekitar jam 07.30 terus kompor gasku ini pindah tugas ke tempat teman untuk bikin martabak manis. Kasian temanku ini, harus bikin 86 martabak manis, dan seharian hanya ada 1 loyang martabak yang bisa dipakai karena aku hanya minjamin loyang martabak manisnya saja... tanpa tutup! Kelupaan neh judulnyaaa... jadi baru sekarang deh dianterin tutup martabaknya.
Terus suamiku berangkat nganterin tutup loyang martabak & kompor gas, sementara aku ngobrol-ngobrol sama dua temanku yang malam itu menginap untuk bantuin aku di hari H. 
Karena di dapurku semuanya sudah under kontrol dan dapur-dapur lain tidak memerlukan bantuan kami, malam itu kami bisa nonton film. Pilihannya? Film Indonesia yang baru aja kubeli waktu pulang ke tanah air bulan lalu.... Setelah film kelar: keluarin risoles dari freezer.

Dinner hari ini di rumahku: sisa ayam dan sisa panada.

Hari H:
Aku & suamiku bangun jam 03.30 pagi. Aku start menghias icing kue pandan, motong-motong, marut keju, dan nge-box-in kue-kue. Suamiku start goreng-goreng risoles. Kedua temanku bangun sekitar jam 05:30 & bantuin goreng & nge-box risoles yang sudah nggak panas & masukkin cabe rawitnya.

Keadaan dapurku saat ini:
- Kue Panada sudah masuk box malam hari H-1.
- Risoles beres di tangan suamiku dan teman-teman.

Eh tapiii,, kue pandan masih perlu sentuhan akhir (cieeee…) berupa coretan coklat untuk hiasan atasnya. Untung coklatku masih ada setengah bungkus untuk hiasan… tapi dark chocolate-nya habis, jadilah aku pakai milk chocolate aja deh. Panasin di microwave, masukkin ke piping bag, terus coret-coret di atas pandan cake, jadilahhhh…. aku cukup puas dengan hasilnya... beres…
Terus jalan ke post pusat dimana semua makanan fundraising dikumpulkan, terus dimasukkan ke bag untuk dihantar ke si pemesan. Aku & suamiku juga termasuk salah satu kurir… hari itu kami nganterin ke 10 rumah (saja).
Pengantaran selesai jam 04:30 sore, terus pulang & bersihin dapur yang berantakan, nyapu ngepel,... dan selesailah fundraising tahun ini.

Dinner hari ini di rumahku: nasi gudeg & kentang teri kacang dengan nasi panas + sambal terasi....Finally....

Moral of the story:
Kita mempunyai 4 pilihan sebelum minggu fundraising mulai:
  1. Masak yang banyak terus di-freeze, supaya tiap malam selama fundraising week nggak usah dinner out/beli makanan, alias masih bisa family dinner di rumah seperti biasa.
  2. Kumpulin kupon yang banyak buat beli dinner selama fundraising week.
  3. Datang ke dapur fundraising lain dan (berharap) mereka masak dinner, terus nebeng makan di sana.
  4. Berharap supaya dapur fundraising yang lain tidak mengambil pilihan no. 3 semua.











    Pengirim  : Angeline Santoso Muljadi
    Domisili   : Parker Colorado - USA

    No comments: