Sebenarnya
saya sudah lama sekali ingin bercerita, tetapi karena penyakit “M” alias malas
yang sudah stadium 4 terus merajalela, tetapi akhirnya dengan dorongan dari ibu
saya dan juga dorongan hati, akhirnya jadi juga deh ceritanya…. Jadi begini
ceritanya….
Saya
mantan mahasiswi perhotelan yang lebih memilih kerja kantoran daripada kerja di
hotel atau pun restoran. Dikarenakan jam kerja yang lebih nyaman dan libur di
hari sabtu dan minggu. Ternyata setelah menggeluti dunia kerja kantoran,
rasanya mau kembali ke hotel atau restoran karena memang disitu lebih nyaman
dan lebih terasa lebih fun aja. Ooopppss, tapi disini saya tidak mau
menceritakan tentang pekerjaan saya, namun lebih kepada perjalanan hidup saya
dari kerja sama orang hingga akhirnya memutuskan untuk menggeluti usaha bakulan.
Awalnya
kenapa saya memutuskan untuk membuka usaha bakulan, itu juga karena waktu itu
saya sudah “desperado” (bukan lagunya eagle loh) alias putus asa karena pada
waktu saya memutuskan untuk berhenti kerja tetapi lapangan kerjaan baru tidak
kunjung datang juga. Atas dukungan dan dorongan ibu saya, akhirnya saya
memutuskan untuk mencoba membuat makanan, debut bakulan saya waktu itu adalah
macaroni panggang. Setelah try out resep (kayak anak sekolah ya pake ujian try
out, hehe) macaroni panggang, saya iseng kasi ke sodara saya untuk dicoba.
Ehh,, taunya dia malah sebarkan ke teman-temannya di sekolah. Akhirnya berbuah
hasil deh, dari situ pesenan mulai berdatangan (kayak semut kalo dikasi gula).
Saya
dan ibu saya merupakan kaum minoritas di keluarga kami. Gak tau juga ya kami
itu salah apa, tapi pastinya kami selalu dipojokan, dan pasti selalu ada
omongan yang gak enak dari sodara kami, yang bisa kami lakukan hanyalah
menghela napas dan berdoa untuk mereka supaya bisa berubah (terutama ibu saya
yang orangnya paling sabarrrrr baanngggeett deh, beda dengan anaknya yang
selalu panasan kayak kompor meledug, hehehe). Apalagi pada saat saya tidak
kerja alias pengangguran, wahh banyak banget deh omongan yang menyakitkan hati,
seperti disayat-sayat pisau rasanya (aduhh pujangga banget ya bahasanya). Lalu
semuanya itu berangsur berubah dengan seiringnya pesanan saya bertambah banyak,
bisa dibilang dari seminggu cuma 1x ada orderan, hingga seminggu bisa 3-4x ada
orderan (kayak minum obat ya,,).
Ada kejadian aneh sekaligus lucu pada waktu
itu, dimana saya sedang mencari-cari pekerjaan lewat internet maupun koran,
sodara saya hanya bertanya,” mau pekerjaan tidak?” ya pastinya saya jawab boleh
dong. Lalu dia meminta alamat email saya dan menjanjikan untuk memberikan kabar
lewat sms ataupun telepon. Tetapi semuanya itu hanyalah janji belaka saja. Lalu
setelah dia tahu kalau saya sedang memulai usaha bakulan saya, anehnya saya
mulai ditawari pekerjaan. Tentunya saya dan ibu saya bingung, “loh kok orang
udah mulai usaha kenapa baru ditawari kerjaan”. Ya, saya coba untuk merespon
dengan baik, dengan mengirimkan CV saya, itung-itung iseng-iseng berhadiah lah
saya pikir. Lumayan kan
jadi double income gitu (namanya juga manusia pasti gak ada puasnya ya).
Darisitu memang ada beberapa panggilan, tetapi ya seperti yang sudah-sudah,
proses selanjutnya pun tidak kunjung datang. Akhirnya saya memutuskan untuk
fokus di usaha bakulan saya. Mungkin memang sudah diberikan jalan sama Tuhan
kali ya.
Tentu
saja cobaan itu tidak berhenti begitu saja, pasti ada lagi ada lagi. Waktu itu
saya mulai dilemma, antara mau kerja atau bakulan. Karena waktu itu ditawari
kerja di luar negeri. Memang kerja di luar negeri adalah keinginan saya sejak
saya masih kuliah, lebih tepatnya setelah saya pulang training dari Malaysia.
Memang gak enak ya si “dilemma” ini, mau bakulan iya, tapi keluar negeri juga
iya. Saya juga punya cita-cita punya usaha sendiri yang tentunya bergerak di
bidang makanan, dan saya juga berpikir kalo memang mau serius di bisnis ini,
harus dimulai dari sekarang. Setelah melalu proses kebingungan dan
ke-dilemma-an, akhirnya saya coba berdiskusi dengan ibu saya dan teman dekat
saya juga. Menurut ibu saya, coba aja diambil, kan bakulannya tetap bisa dijalani oleh ibu
saya, sedangkan teman saya juga berpendapat yang sama, untuk dicoba aja (aduh
coba-coba, emang makanan apa. Kalo ga enak tinggal kasi bumbu atau buat baru,
ini kan bukan
makanan masalah hidup dan mati nih,, bingung tingkat tinggi). Ya udah setelah
pikir-pikir, ya saya coba deh kasi CV-nya. Tapi ya tetep terus terima orderan
dong. Mungkin memang saya udah kebal sama yang namanya tolakan atau bahasa
halusnya, tidak ada kelanjutan proses lamaran, ya udah berlalu begitu aja,
secara orderannya datang terus kayak air mengalir dari tempat tinggi
(nyanyi-nyanyi kayak iklan aqua jaman dulu).
Usaha
bakulan saya, tentunya terus berjalan, tapi ada kendala lain waktu terima
orderan macaroni cukup banyak yaitu warna kurang kuning keemasan alias golden
brown (bukan merk pewarna atau es krim magnum ya), karena waktu itu saya masih
menggunakan oven jadul alias oven otang, yang masih bebahan bakan minyak tanah.
Jujur saya gak bisa loh manggang dengan oven otang ini. Karena takut jatoh
ovennya saat diletakkan diatas kompor minyak tanah. Tentunya saya berguru
dengan ibu saya yang udah mahir banget buat kue, tetapi lebih memilih kerja dan
buat kue hanya untuk sambilan. Ibu saya punya sebutan tersendiri yaitu “penjual
kue musiman”. Ya karena memang dia lebih banyak terima orderan saat musim
lebaran dan musim-musim yang lain kalo memang ada. Ok, back to topic ya. Setelah
dipikir matang-matang dan dengan dana yang seadanya akhirnya kami memilih untuk
membeli oven gas bekas. Karena menggunakan oven otang, lumayan buang waktu,
tenaga, dan biaya. Setelah di try out oven gasnya, lumayan berbuah hasil, dari
situ orderan macaroni ataupun orderan kue lainnya datang terus. Puncaknya pada
saat lebaran kemarin. Memang usaha bakulan ini menjanjikan kalo memang mau di
seriusin. Wong, saya mulai dari nol untuk masalah buat adonan kue, masak,
manggang dan kawan-kawannya, saya jadi bisa, dan semua itu memang berbuah
hasil. Tadinya saya gak punya oven gas jadi punya, trus yang tadinya ga punya
“bebeh” alias blackberry akhirnya jadi punya.
Pernah
saya berpikir kalo ibu saya itu malu punya anak seperti saya, yang kerjanya
cuma malas-malasan dirumah, tetapi setelah saya bertanya dia tidak pernah malu,
malah dia terus berusaha untuk membuat saya pintar dengan memberikan kursus kue
dan semangat untuk terus maju. Memang saat ini saya masih dibantu oleh ibu saya
dan beliau masih tetap sambil kerja. Tapi saya ingin dia benar-benar berhenti
kerja dan ikutan fokus bersama saya di bakulan ini.
Memang
hidup yang kita jalani hanyalah titipan dari Tuhan, semuanya bisa Dia ambil
kapan saja dan bisa dirubah kapan saja apabila memang umat-Nya mau dekat
dengan-Nya dan terus memuji Dia, dan tentunya berusaha. Semuanya pasti akan
diberikan oleh-Nya. Hidup ini memang sulit dan rumit, tetapi dengan kita selalu
berusaha, berdoa, dan tetap menjalankan apa yang ada tanpa mengeluh dan melihat
ke belakang, semuanya pasti ada jalannya, dan semuanya pasti dimudahkan
jalannya... Mudah-mudahan kedepannya saya bisa lebih rajin lagi karena modal
bakulan adalah rajin, belajar dan berdoa.
Jakarta, 28 December 2012.
Tetap
terus berusaha untuk mewujudkan cita-cita menjadi seorang bakulan yang sukses.
-Angel-
2 comments:
Lagi down bgt. Orderan ga ada yang masuk. Contrast dengan bulan Desember lalu, bulan banyak order cookies yang membuat saya sibuk sekali. Suami dan keluarga udah pada nyindir, dan menyatakan kerja seperti bakulan ga menjanjikan Sementara Saya udah muak dengan pemberi kerja yang banyak peraturan dan sanksi bila anak saya sakit dan saya kekeh ga hadir sehari aja...
Nemu tulisan ini...
Trims :)
Eh namanya sama
Kisahnya juga sama
Sering banget nih dilema kaya gini
Tapi jadi semangat lagi gegara cerita ini
Ditunggu cerita berikutnya yaaa
Post a Comment